Oleh: bin Sugeng bin Tarno Suwito | November 2, 2019

Ringkasan Buku Rekayasa Sosial Karya Jalaluddin Rakhmat (IV)

Bab IV akan menjelaskan tentang kepribadian yang menghambat rekayasa sosial. Kepribadian itu disebut dengan homo orbaicus, versi Indonesia dari homo sovietcus. Homo sovietcus, diteliti dan ditemukan pada orang Polandia. Ternyata ditemukan kemiripan dengan kepribadian orang Indonesia yang selama 32 tahun dikuasai orde baru.

Homo Orbaicus

Pada dasarnya ditemukan dua kepribadian yang saling bertolak belakang dalam diri homo sovietcus. Dalam istilah psikologi disebut dengan schizophrenia.

Dua pribadi ini secara umum ada dua, yaitu di ruang publik dan ruang privat. Keduanya diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Semua bersumber pada:

Pertama, sikap terhadap pekerjaan. Kalau bekerja untuk kepentingan umum, menjadi ASN misalnya, mereka malas. Akan tetapi, ketika bekerja di swasta mereka rajin.

Kedua, struktur psikologis. Ketika bekerja di tengah kepentingan pemerintah, mereka berusaha mengambil keuntungan sendiri, tetapi akan menjadi dermawan jika untuk lingkungan keluarga sendiri.

Ketiga, sikap terhadap lingkungan fisik. Jika itu merupakan bangunan umum mereka tidak segan melakukan vandalisme. Tetapi sangat menjaga bangunan milik pribadi.

Keempat, berkaitan dengan kehidupan politik mereka umumnya pasif dan menyerah pada sistem.

Kelima, pada pernyataan umum mereka cenderung tidak percaya, tetapi mudah sekali percaya pada gosip yang disebarkan dalam lingkungan terbatas.

Keenam, kurangnya loyalitas. Loyalitas mereka mudah beralih seiring bergantinya kepemimpinan.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang homo sovietcus;

1. Double Talk

Orang-orang tidak merasa risih jika mereka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan.

2. Rekayasa dan Ritualisasi Makna

Tindakan-tindakan yang diatur sedemikian rupa, kemudian maknanya sudah disiapkan. Misalnya ada aksi masa sampai larut malam yang berujung kerusuhan di luar sebuah lapas, kemudian salah satu napi dipindah ke tempat lain. Seolah benar-benar rusuh, padahal sebuah settingan agar ada alasan memindahkan napi tersebut.

3. Struktur Kebohongan yang Terorganisir

Kata yang sama yang digunakan di depan umum, mungkin mempunyai makna berbeda di kalangan terbatas. Misalnya, “kepentingan rakyat” yang dikatakan seorang pejabat. Kalau kita artikan “rakyat” di sini adalah rakyat biasa yang tidak punya jabatan bisa jadi salah, karena mungkin yang dimaksud “rakyat” di sini adalah rakyat yang punya jabatan.

4. Kepribadian untuk Menemukan Hal-hal Baru

Sayangnya, kreativitas baru ini bukan dalam hal positif, tetapi dalam hal negatif. Bagaimana caranya mengakali atau mencari celah dalam sebuah peraturan untuk memperoleh keuntungan pribadi.

5. Masa Kanak-kanak yang Kelamaan

Maksudnya adalah anak-anak yang ingin selalu diberi fasilitas oleh orang tuanya tetapi tidak mau memikul tanggung jawab. Misalnya ketika asuransi kesehatan negara punya banyak hutang ke RS karena banyaknya rakyat yang ke RS, malah rakyat yang diminta jangan manja sedikit-sedikit sakit.

6. Iri Hati yang Tidak Memihak

Susah melihat orang lain sukses. Karena sama rasa, sama rata. Doktrin yang tertanam kuat di masyarakat Polandia.


Tinggalkan komentar

Kategori